Seorang mahasiswi Amerika, Natalie Dylan (22 tahun), melelangkan keperawanannya sejak September 2008 dengan alasan membiayai kuliah S2-nya. Hingga saat ini harga penawaran keperawanan Dylan menyentuh angka 3.8 juta dolar (Rp 41.8 miliar) - sumber (www.hedleyonline.com). Harga penawaran tersebut terus meningkat sejak pembukaan September lalu senilai USD 243.000.
Belasan ribu orang telah mendaftar untuk bersetubuh dengan gadis California ini. Natalie Dylan merupakan sarjana lulusan Sacramento State dan melanjutkan studi program S2-nya, Terapi Keluarga dan Pernikahan.
Sisi Kehidupan Seorang Dylan
Keputusan melelangkan keperawanan Natalie Dylan diungkapnya pada bulan September 2008.
“Saya pikir bahwa dengan melelangkan keperawanan tentu tidak dapat memecahkan semua masalah saya, namun tindakan ini mampu meningkatkan stabilitas finansial saya“
“Saya siap atas kontroversi ini…Dan saya siap melakukannnya“, komentar Natalie atas polemik yang akan timbul.
Natalie Dylan membantah lelang tersebut merendahkan diri sendiri. Dylan mengemukakan lelang itu dia selenggarakan setelah kakaknya, Avia, (23), membiayai kuliah dengan bekerja selama tiga pekan sebagai pelacur.
Pria Hidung Pelangi
Menurut Nylan, ada berbagai jenis pria yang memberikan penawaran. Ada yang “aneh”, “yang menggambar secara jelas apa yang ingin mereka lakukan” dan “banyak penawaran yang sopan dari pengusaha kaya.”
Dylan mengatakan dia siap melakukan uji medis jika ada yang meragukan keperawanannya.
“Ada beberapa pria yang jelas-jelas ingin mencari kekasih tetapi saya jelaskan kepada mereka bahwa ini cuma tawaran untuk hubungan semalam saja.”
“ Saya tahu banyak orang akan mengutuk saya karena ini tabu, tapi itu tidak masalah buat saya.”
“Kuliahku benar-benar otentik karena itu saya melelang keperawanan tapi saya tidak menjual diri dan saya tidak mengambil untung apapun dari hal ini.”
“Saya kira saya maupun orang yang mendapat keperawanan saya akan mendapat manfaat besar dari transaksi ini.”
Lalu dia mengatakan “Aneh juga kaum pria mau membayar sangat tinggi untuk keperawanan padahal hal itu sekarang tidak lagi terlalu punya nilai.”
Kontroversi
Jika pelelangan ini terjadi di Indonesia, tentu akan langsung ditindak oleh aparat kepolisian. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal sejenis marak terjadi dikalangan generasi muda di Indonesia. Sebut saja pada Desember 2008 silam terungkap 20 siswi SMP di Tambora-Jakarta menjadi penjaja seks dengan harga keperawanan 2 juta rupiah. Remaja SMP ini rela menggadaikan keperawanannya demi HP, alat elektronik dan pakaian mewah.
Sedangkan pelelangan keperawanan yang dilakukan Natalie ditanggapi beragam oleh masyarakat Amerika. Sebagian besar menyesali tindakan yang dilakukan Natalie, sedangkan sisanya mendukung dengan alasan melihat kegigihan seorang Natalie.
Seorang pengguna internet, Conota D Beasley, mengomentari berita di situs Zimbio.com dengan opini
“Ketika seseorang mengalami situasi serupa, mereka menemukan cara yang berlebihan untuk mengatasi finansial mereka. Mereka akan mencari cara mendapatkan uang dengan cepat dan mudah. Apa yang dia [wanita] lakukan merupakan pelecehan moralitas dan mungkin hal ini telah menjalar ke seluruh pelosok negeri ini [Amerika Serikat]. Dia [Natalie] mempergunakan tubuhnya tanpa mempertimbangkan batinnya….”.
Sedangkan mereka yang setuju kebanyakan berasal dari kalangan ‘maniak seks’.
Refleksi
Dari informasi di atas, wawasan kita terhadap warga Amerika bertambah luas. Amerika yang dikenal ‘raja ekonomi’ dengan sistem liberalisme ekonomi telah dan sedang menghadapi berbagai masalah, baik dari ekonomi [resesi], politik internasional [kesalahan perang Irak], HAM [Irak, penjara Guantanamo], hingga moralitas [perilaku konsumtif dan seks bebas dikalangan remaja].
Di sisi lain, pernyataan Natalie “Aneh juga kaum pria mau membayar sangat tinggi untuk keperawanan padahal hal itu sekarang tidak lagi terlalu punya nilai.” menarik. Memang benar bahwa saat ini makna keperawanan seorang remaja /gadis Amerika tidak begitu berarti. Hampir sebagian besar remaja AS melakukan seks bebas dikala remaja [usia 14-19 tahun]. Dan tidak sedikit, mereka hamil lalu melakukan aborsi.
Fenomena yang terjadi pada remaja Amerika, rupanya kini melanda luas di Indonesia. Dari berbagai data yang dikemukan oleh Komnas Perlindungan Anak, menunjukkan sebagian remaja Indonesia memiliki sikap yang tidak jauh berbeda dengan remaja Amerika. Remaja-remaja kita saat ini sudah begitu mudah melepaskan keperawanan di kala SMP dengan sesama temannya. Dan yang paling ironis, tidak sedikit dari mereka menjadi ‘PSK cilik’.
Oleh karena itu, orang tua, pemerintah, sekolah, masyarakat perlu melihat, mempelajari, memperhatikan dan mengatasi fenomena ini dengan sikap dan tindakan serius. Hal-hal yang dapat merusak moralitas generasi muda harus disingkirkan demi melanjutkan pembangunan Indonesia yang maju dan bermartabat.
0 komentar
Post a Comment