Sepintas lalu kalau kita perhatikan, kebanyakan wanita berusia lebih panjang daripada partner prianya. Menurut data yang dilaporkan WHO, usia harapan hidup wanita di seluruh dunia memang secara statistik lebih tinggi dari pada usia harapan hidup pria.
Prof. Barbara R. Migeon, MD, PhD dari John Hopkins School of Medicine mengungkapkan bahwa pria mempunyai resiko mortalitas (kematian) yang lebih tinggi daripada wanita pada setiap tahap kehidupannya.
Tabel. Perbandingan angka mortalitas antara pria dan wanita di Amerika Serikat.
Umur | Pria: Wanita |
0-1 | 1.25:1 |
1-4 | 1.25:1 |
5-14 | 1.51:1 |
15-24 | 2.87:1 |
25-34 | 2.20:1 |
35-44 | 1.80:1 |
45-54 | 1.68:1 |
55-64 | 1.50:1 |
65-74 | 1.30:1 |
75-84 | 0.96:1 |
85+ | 0.48:1 |
Tentu saja kita tidak dapat mengatakan hanya perbedaan kelamin yang mendasari perbedaan angka mortalitas antara pria dan wanita. Faktor sosial, ekonomi dan perilaku, seperti aktivitas selama hidup, di mana secara umum pria memiliki peran lebih banyak dalam tanggung jawab mencari nafkah, sehingga rentan terhadap penyakit ataupun lebih riskan terhadap kecelakaan mungkin berpengaruh pada hasil dari tabel di atas.
Artikel ini akan membahas mengapa pada umumnya wanita berumur lebih panjang dari pada pria, dari segi biologi dan ilmu genetika. Seperti dikatakan Prof. Migeon, walaupun banyak faktor yang mempengaruhi angka mortalitas, jika kita telaah lebih lanjut, pada usia di mana wanita dan pria memiliki kerentanan yang sama; misalnya saat dalam kandungan, ataupun pada masa balita; tetap saja angka mortalitas bayi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Jadi secara biologis, kaum pria memiliki resiko mortalitas lebih tinggi daripada wanita. Mengapa demikian?
Kromosom XX dan XY
Manusia mempunyai 46 kromosom dan 2 di antaranya adalah kromosom seks. Tentunya kita masih ingat, bahwa yang menentukan jenis kelamin pria atau wanita, adalah kromosom seks, yaitu XX untuk wanita, dan XY untuk pria.
Kromosom X mengandung 1100 gen, yang selain berperan penting dalam pengaturan hormon, juga dalam fungsi vital tubuh lainnya, mulai dari pembekuan darah, metabolisme dan perkembangan janin. Sedangkan kromosom Y hanya mempunyai kurang dari 100 gen, yang fungsi utamanya ‘hanyalah’ untuk pembentukan dan perkembangan testes dan hormonalnya.
Dapat kita bayangkan, karena wanita mempunyai 2 kromosom X, apabila 1 kromosom X rusak atau tidak sempurna, masih ada ’serep’ 1 kromosom X lagi. Sedangkan pada pria yang hanya mempunyai 1 kromosom X, jika terjadi kerusakan pada kromosom X tersebut maka otomatis pria tersebut akan menderita suatu penyakit. Mengingat pentingnya peranan kromosom X dalam fungsi tubuh, dapat dimengerti mengapa wanita yang mempunyai kromosom X dua lebih menguntungkan secara biologi.
Pada wanita, 1 kromosom X diturunkan dari ibu, dan 1 kromosom X lainnya dari ayah. Sedangkan pada pria, kromosom X diturunkan dari ibu, sedangkan dari ayah kromosom Y. Sehingga jika kromosom X yang diturunkan dari ibu mengalami kelainan (mutasi misalnya), maka pada anak perempuan bisa jadi tidak termanifestasi penyakitnya (XsakitX), atau sering disebut carrier, sedangkan pada anak laki-laki penyakit tersebut termanifestasi (XsakitY). Beberapa penyakit berat diturunkan dengan mekanisme seperti ini, contoh paling popular adalah the Royal Disease, penyakit hemofilia pada keluarga kerajaan Inggris.
Mosaik pada kromosom X
Sebenarnya, dalam tiap-tiap sel tubuh wanita, hanya 1 kromosom X saja yang berperan. Ketika masih dalam bentuk sel ovum dan sperma, kromosom X dari ayah dan ibu akan diinaktifkan dan aktif kembali jika sudah terbentuk zigot. Pada perkembangan embrio selanjutnya, yaitu pada fase blastokis, sel-sel tubuh akan menginaktifkan salah satu dari kromosom X tersebut, secara acak. Jadi pada beberapa sel, kromosom X dari ibu yang tidak aktif, sedangkan pada sel-sel lainnya kromosom X dari ayah yang tidak aktif. Inaktivasi kromosom X secara acak ini yang memberikan mosaik selular pada wanita.
Makna biologis dari mosaik pada kromosom X ini, yaitu, bila terjadi mutasi pada kromosom X dari ibu; maka hanya setengah dari sel-sel tubuh yang membawa mutasi ini. Akan tetapi pada pria dari ibu yang sama, mutasi kromosom X ibu ini akan terjadi pada seluruh sel tubuhnya, karena ia hanya membawa kromosom X dari ibu.
Sumber:
Migeon, B.R. Why Females are mosaics, X-chromosome Inactivation, and Sex Differences in Disease. Gen Med. 2007;4:97-105
0 komentar
Post a Comment